Twitter Instagram

Adaptasi dan Mitigasi ala Kelurahan Bhayangkara dan Trikora Kota Jayapura

Tas dan produk lainnya hasil daur ulang sampah plastik yang dipamerkan kelompok kerja kampung proklim Kota Jayapura di Kantor Walikota Jayapura, Kamis(9/6/2022). (Foto : Abe Yomo)

Meningkatnya pemanasan global dan perubahan iklim yang melanda seluruh dunia, memaksa seluruh pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat global mau tak mau harus segera bertindak cepat melakukan adaptasi dan mitigasi, sesuai amanat yang tertuang dalam Paris Agreement 2015 yang ditandatangani oleh kurang lebih 200 negara di Paris, Perancis.

Beberapa isi yang tertuang dalam Paris Agreement,antara lain pertama, berupaya membatasi kenaikan suhu global sampai di angka minimum 1,5º Celcius, dan di bawah 2º Celcius untuk tingkat praindustri. Kedua, mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca dan aktivitas serupa, guna meminimalkan emisi gas serta mencapai target emisi net zero atau nol bersih.  Ketiga, seluruh negara wajib memiliki dan menetapkan target pengurangan emisinya. Target ini akan ditinjau tiap lima tahun sekali, agar meningkatkan ambisi pengentasan perubahan iklim. Ke-empat, negara maju membantu negara miskin dalam pendanaan atau pembiayaan iklim, mendukung implementasi energi terbarukan yang lebih efektif, serta beradaptasi dengan perubahan iklim.

Jauh dari Kota Paris, warga Kota Jayapura yang bermukim di Rukun Wilayah (RW) VI Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura, Provinsi Papua ternyata sudah tiga tahun melakukan sejumlah aksi  yang mendukung program adaptasi dan mitigasi pemanasan global dan perubahan iklim.

Herman Nunaki, salah satu warga RW VI Kelurahan Bhayangkara, yang ditemui di sela-sela pameran Proklim Kota Jayapura, Kamis(9/6/2022) mengatakan, beberapa aksi yang telah dilakukan kelompok warganya antara lain kegiatan penghijauan melalui penanaman bibit pohon pada areal yang gundul, lalu mengumpul sisa sayuran dari limbah rumah tangga kemudian dibuat menjadi pupuk cair dan pupuk padat, dan mengumpulkan botol-botol plastik untuk selanjutnya didaur ulang menjadi produk yang dapat digunakan.

Produk-produk hasil daur ulang itu memang masih terbatas didistribusikan dalam lingkup rumah tangga dalam RW tersebut, namun aksi kecil ini setidaknya telah membuka mata dan menyadarkan  warga di sekitarnya untuk ikut peduli pada bumi dari ancaman pemanasan global dan perubahan iklim.

Herman Nunaki, Ketua kelompok kerja proklim RW VI kelurahan Bhayangkara Kota Jayapura saat menunjukkan sertifikat kategori utama yang sudah ditandatangani oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK-RI), Siti Nurbaya. ( Foto : Abe Yomo)

Sebagai bentuk apresiasi terhadap aksi-aksi yang dilakukan Herman Nunaki dan kelompok warganya di RW VI Kelurahan Bhayangkara, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK-RI), memberikan penghargaan berupa Sertifikat sebagai Lokasi Program Kampung Iklim Kategori Utama. Artinya, Herman Nunaki dan warganya di RW VI Kelurahan Bhayangkara ini telah berhasil melewati dua tingkatan dalam program Kampung Iklim yang ditetapkan Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 Tentang Program Kampung Iklim.

“ Kami pengurus kampung pro iklim hanya 7 orang. Jadi kalau ini kita jalan sendiri, tentu tidak mungkin. Dan Puji Tuhan, ternyata semua warga RW VI Kelurahan Bhayangkara mendukung penuh dan terlibat secara sukarela mendukung aksi ini, akhirnya kami bisa capai titik ini,” tandas Herman Nunaki.

Penghargaan ini tentunya sangat berarti bagi Herman Nunaki dan seluruh warga di RW VI Kelurahan Bhayangkara, karena akan menjadi suplemen yang memberikan energi tambahan bagi mereka untuk makin gencar melakukan aksi-aksi mitigasi dan adaptasi, baik dalam hal melanjutkan apa yang sudah dikerjakan dan terus berinovasi menghasilkan karya atau produk ramah lingkungan lainnya.

“ Tinggal selangkah lagi kami mencapai Kategori Lestari, yang merupakan Kategori tertinggi dalam program kampung pro iklim. Jika kami mampu membina dan mempengaruhi 10 RW lainnya untuk melakukan aksi mitigasi dan adaptasi, bukan hal yang mustahil kami akan mendapatkan penghargaan Kampung Proklim Kategori Lestari di masa mendatang,” jelas Herman.

Meski demikian, Herman tetap berharap Pemerintah Kota Jayapura bisa terus mengupayakan untuk menghasilkan suatu kebijakan daerah yang lebih tegas untuk mengatur penggunaan plastik di Kota Jayapura. Karena, meskipun sudah ada instruksi Walikota Jayapura, plastik tetap berserakan dimana-mana, mulai dari jalan raya, sungai hingga di pantai-pantai wisata.

Berbeda dengan Herman Nunaki dan warga di RW VI Kelurahan Bhayangkara, sekelompok ibu-ibu dari RW V Kelurahan Trikora Distrik Jayapura Utara yang dipimpin Widi Irawati melakukan aksi mitigasi dan adaptasi dengan cara memilah-milah sampah plastik mulai dari tingkat rumah tangga, kemudian mendaur ulang sampah plastik rumah tangga itu menjadi sejumlah produk berbahan plastik yang siap digunakan.

“ Beberapa produk yang sudah kami hasilkan dari RW V Trikora antara lain Celemek dan tas kresek dari bungkusan plastik sabun cuci, juga ada taplak meja yang bahannya dari plastik makanan olahan, juga ada pot bunga dari plastik dan hiasan pintu rumah,” jelas Widi Irawati di tempat yang sama.

Widi Irawati bersama ibu-ibu dari RW V Kelurahan Trikora Kota Jayapura ketika memamerkan produk hasil olahan limbah plastik yang dikerjakan kelompok ibu-ibu di kelurahan ini.(foto: Abe Yomo)

Widi mengaku bahwa kelompok ibu-ibu di kelurahannya baru sebulan terakhir bergerak bersama untuk melakukan hal ini, berbeda dengan RW VI Bhayangkara yang sudah tiga tahun. Meski demikian, ia yakin kelompok ibu-ibu di kelurahannya akan konsisten untuk tetap melakukan aksi pemilahan bahan plastik dari rumah tangga, lalu di daur ulang menjadi produk yang siap pakai.

“ Sementara ini, hanya beberapa ibu-ibu yang bergerak di RW V Trikora. Kami biasanya berkunjung ke rumah-rumah tetangga atau ketemu ibu-ibu lainnya di jalan, kami ingatkan, kalau ada plastik sisa sabun atau plastik lainnya habis pakai isinya, plastiknya jangan dibuang ke tempat sampah, tapi dapat dikumpulkan terpisah untuk kami ambil dan kami olah menjadi produk lain yang berguna dan bisa digunakan,”tandasnya.

Meski belum terdaftar dalam kampung proklim Kota Jayapura dan belum mendapat penghargaan dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Widi dan ibu-ibu di RW V kelurahan Trikora akan terus bergerak.” Kita tidak lihat dari penghargaannya, tapi aksi ini penting untuk dilakukan oleh semua orang, dan semua orang harus bergerak bersama mengurangi pemakaian plastik atau jika tidak bisa, plastik itu bisa serahkan ke kami untuk didaur ulang menjadi produk siap pakai,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Jayapura, Dolfina Jece Mano memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada semua warga di Kota Jayapura, khususnya warga masyarakat yang berada dalam wilayah program kampung proklim Kota Jayapura. Apa yang sudah dilakukan selama ini dalam mendukung program kampung proklim, merupakan bentuk kepedulian dan sumbangsih yang nyata bagi bumi, khususnya dalam mendukung upaya adaptasi dan mitigasi dampak pemanasan global dan perubahan iklim dunia.

“Sebagaimana pesan yang tersirat dari tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2022 ; Satu bumi untuk masa depan, maka saya berharap kepada kita semua di Kota Jayapura untuk bersama-sama ikut menjaga bumi ini dengan melakukan aktivitas yang ramah lingkungan, melalui inovasi pengolahan limbah plastik dan daur ulang sampah menjadi produk yang memiliki nilai tambah dan dapat digunakan kembali,” ujar Jece Mano.*)