Andarias Indey ( 25) Pemuda asal Kampung Yewena Distrik Depapre Kabupaten Jayapura, baru saja menyelesaikan pendidikan sarjananya di Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Cenderawasih, Tahun 2020. Usai meraih gelar sarjana itu, ia memutuskan pulang kampung untuk mengelola potensi yang ada di kampungnya.
Kampung Yewena, tempat kelahiran Andi (panggilan akrab Andarias Indey), dulu sebelum adanya program pemekaran, orang masih mengenal tempat itu dengan sebutan Kampung Dormena, yang terkenal sebagai kampung penghasil buah Mangga Golek yang sangat manis.
Ternyata bukan hanya Buah Mangga, kampung ini juga menyimpan potensi lainnya yang luar biasa. Kampung ini memiliki pasir putih dan pemandangan laut yang indah, karena berada di sekitar teluk Depapre yang terhubung ke Lautan Pasifik.Karena itu, tak heran jika pantai yang membujur dari Kampung Yewena dan Dormena ini menjadi tempat pendaratan dan bertelurnya populasi Penyu.
Dulu, populasi Penyu di pantai ini begitu tinggi, dan menjadi salah satu sumber protein dan mata pencaharian masyarakat sekitar Teluk Depapre. Namun seiring berjalannya waktu, populasi Penyu semakin menyusut tajam. Penyebabnya adalah perburuan liar, pembangunan dan perubahan iklim.
Situasi ini yang kemudian menimbulkan keprihatinan dari orang tua Andi, lalu tergeraklah hatinya untuk melakukan konservasi Penyu. Bukan hanya itu, keluarga Andi bahkan memiliki cerita karib dengan Penyu. Konon, salah satu keluarga Andi pernah dikabarkan tenggelam di laut, ternyata ditemukan hidup karena diselamatkan oleh seekor Penyu Belimbing.
Karena itu, mulai dari sang ayah hingga Andi dan keluarganya di kampung berkomitmen untuk melakukan konservasi Penyu di wilayahnya. Bukan hanya sebagai balas jasa karena menyelamatkan nyawa keluarganya, tapi juga ingin populasi Penyu kembali ke pantai itu dan memastikan bahwa Penyu dapat hidup berdampingan dengan manusia.
Melalui komunitas konservasi di kampungnya, Andi dan keluarganya memimpin aksi penyelamatan Penyu. Mulai dari pembuatan penangkaran Penyu hingga sosialisasi tentang pentingnya konservasi Penyu kepada masyarakat lainnya.
Andi menjelaskan, Penyu di Kampung Yewena, sering dijumpai di Pantai yang disebut Sawayepa. Pantai Sawayepa berada dalam wilayah Kampung Doromena dan Kampung Yewena.
“Pantai Sawayepa sendiri merupakan tempat pelestarian penyu yang alami sedangkan yang di bawah ke rumah dan dikembang-biakan untuk seterusnya disebut semi alami agar mempercepat pertumbuhan Penyu,” ujar Andi.
Penyu ternyata memiliki waktu-waktu tertentu untuk bertelur. Menurut Andi, musim bertelur Penyu di Pantai Sawayepa terjadi pada akhir Januari hingga awal Juli per tahunnya. Di luar dari rentang waktu itu, Penyu tidak akan terlihat di Pantai Sawayepa.
Ada 7 jenis Penyu di dunia dan 6 diantaranya bisa di jumpai di Indonesia.Jenis Penyu yang ada di Indonesia adalah Penyu hijau(Chelonia mydas),Penyu sisik (Eretmochelys imbricata),Penyu Lekang(Lepidochelys olivacea),Penyu belimbing(Dermochelys coriacea),Penyu pipih(Natator depressus) danPenyu tempayan(Caretta caretta).
Dari 6 jenis Penyu yang terdapat di Indonesia,4 diantaranya, kata Andi, dapat dijumpai di Kampung Yewena,yakni Penyu Belimbing(Dermochelys coriacea),Penyu Tempayang(Caretta caretta),Penyu Lekang(Lepidochelys olivacea),dan Penyu Sisik(Eretmochelys imbricata).
“Namun sayangnya Penyu Belimbing sudah tidak muncul lagi di wilayah itu, demikian halnya dengan Penyu lekang. Sudah dua tahun tak terlihat. Penyebabnya bisa karena perburuan yang di lakukan oleh masyarakat bisa juga karena faktor lainnya,” tandasnya.
Karena itu, untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan, saat ini di Kampung Yewena sudah dibentuk tim untuk melestarikan Penyu, bahkan sudah bekerja sama dengan sekolah dasar setempat agar Pelestarian Penyu masuk dalam mata pelajaran muatan lokal sekolah.
“Sehingga anak-anak ini, tidak hanya melihat planet-planet yang jauh di sana, namun mereka bisa belajar terkait pelestarian penyu yang ada di sekitarnya dan bagaimana proses perkembangbiakannya secara langsung,” ujar Andi.
Andi berharap mereka bisa mendapatkan bantuan buku dari pihak luar terkait Konservasi Penyu. Hal ini untuk menambah pemahaman masyarakat atau anak di sekolah,sehingga mereka bisa lebih paham tentang Penyu dan memiliki kepedulian yang sama.
Informasi dari beberapa sumber, diketahui bahwa Penyu adalah kura-kura laut yang ditemukan di semua Samudra. Menurut data para ilmuwan,Penyu sudah ada sejak akhir zaman jura (145-208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan Dhinosaurus.
Umur penyu saat kawin dimulai dari 20 Tahun-50 Tahun. Penyu betina dapat menghasilkan 50 butir telur untuk pertama kali bertelur dan akan mengeluarkan ratusan butir telur untuk proses bertelur selanjutnya.
Namun, dari ratusan telur yang dikeluarkan oleh se-ekor Penyu betina, yang berhasil mencapai dewasa menurut hasil penelitian berkisar antara 1-3%. Umumnya proses perkawinan Penyu terjadi di perairan dangkal.Proses perkawinan bisa berlangsung sekitar 6 jam.
Seperti manusia dan mahkluk hidup lainnya, Penyu memiliki teknik tersendiri untuk mempertahankan kehidupannya. Penyu akan menggali satu lubang untuk menguburkan telurnya kemudian menggali lubang lain lagi yang agak jauh untuk mengelabui musuhnya.(Nelce Assem/EcoDefender Jayapura)